siapa disini yang nggak pengen sweet seventeen-nya istimewa ?? pasti semua pengen kan tak terkecuali dengan saya. dari awal saya sudah berharap agar sweet seventeen saya yang hanya satu kali dalam seumur hidup menjadi ulang tahun yang tak terlupakan. tapi nyatanya ??? hari ulang tahun saya yang ke 17 ini berlangsung biasa, standard dan sama seperti ulang tahun sebelumnya.
lalu saya merenung, mengapa tidak ada yang special di hari ulang tahun saya ?? saya berpikir dan terus berpikir, saya pun juga sempat menyalahkan orangtua saya, tapi tunggu dulu, saya melupakan sesuatu. yups saya lupa BERSYUKUR kepada Allah swt.
banyak orang yang merayakan ulang tahunnya dengan hura-hura bersama teman-temannya, padahal ulang tahun itu berarti sisa umur kita semakin pendek. nahloh !!! terus mau sampai kapan kalian akan bersikap seperti ini, hura-hura dan foya-foya.
seharusnya kita harus bersyukur masih diberi nafas untuk hidup oleh Allah swt. bukan hanya itu, kesehatan, rezeki, dan keluarga yang masih hidup , itu semua adalah nikmat Allah swt yang sering kita abaikan. kita masih untung bisa hidup sampai umur 17 tahun, meskipun tidak merayakannya dengan pesta meriah. tapi bagaimana dengan remaja-remaja di luar sana yang umurnya tidak sampai 17 tahun???
ayolah mulai dari sekarang kita bersikap lebih dewasa lagi. dekatkan diri kepada Allah dan jangan memburu kepentingan duniawi saja. umur kita semakin pendek, gunakanlah waktu untuk hal-hal yang positif dan diperintah oleh Allah swt. banyak-banyaklah bersyukur, karena kita tidak tahu sampai kapan umur kita. semoga kita diberi umur yang panjang dan menjadi remaja yang berguna bagi keluarga, bangsa dan agama. Amin...!!!!
Jumat, 20 Desember 2013
Rabu, 18 Desember 2013
cerpen "MAMA"
ini cerpen buat daftar ekskul jurnalistik. buatnya kebut-kebutan tapi kata mbak pembinanya "not bad". yasudahlah, meskipun saya berharap ada komentar-komentar lain. ini saya posting di blog semata wayang saya ini. selamat menikmati.
Hari
ini mungkin adalah hari yang paling membuatku bahagia sepanjang hidupku.
Bagaimana aku tidak bahagia, setelah 3 bulan lamanya aku mengidap kanker di
otakku, tiba-tiba dokter memberitahuku bahwa aku telah bebas dari sel kanker
itu. Kupeluk erat mama dan tak terasa isak tangis kami berkumpul menjadi satu.
Di dunia ini hanya mama yang ku punya, sedang ayahku telah meninggalkanku sejak
aku berumur 7 tahun.
Sudah 4 hari ini aku hidup tanpa
penyakit kanker dalam tubuhku. Aku bahagia karena bisa menjalani hidupku
seperti dulu lagi. Tapi mama, mama berubah semenjak aku dinyatakan sembuh oleh
dokter. Mama menjadi sering melamun dan seperti tidak ada semangat hidup lagi.
“Ma, mama kenapa?” tanyaku.
“Mama nggak kenapa-kenapa sayang,”
jawab mama lemas.
“Tapi mama...” belum selesai aku
melanjutkan ucapanku, tiba-tiba telunjuk mama membungkam mulutku.
“Mama nggak kenapa-kenapa sayang.
Kamu nggak perlu khawatir sama mama. Kamu sekarang harus belajar hidup sendiri
ya sayang,”
“Kenapa ma? Kan masih ada mama,”
“Tapi suatu saat mama pasti akan
meninggal sayang, dan kamu harus belajar mandiri mulai sekarang,”
“Mama nggak boleh ngomong gitu,”
Mama
mendekat dan langsung memelukku erat.
*******************
Kini semakin hari wajah mama
bertambah pucat. Padahal mama tidak sedang mengidap penyakit apa-apa. Mama juga
mulai tidak mengurusku. Aku benar-benar meridukan sosok mama yang dulu. Mama
lebih sering menyendiri dan melamun sambil memegang foto kami. Setiap aku
hendak mendekatinya, mama segera pergi dan masuk ke kamarnya.
Ketika aku sedang terlelap,
tiba-tiba ada tangan yang mengusap-usap rambutku dengan lembut. Aku kenal betul
dengan usapan tangan ini.
“Mama,” ucapku sambil menengadah ke
atas.
“Iya sayang, kamu mau mama nyanyiin
nina bobo?” tanya mama.
“Iya ma,” ucapku semangat karena aku
benar-benar merindukan dimanja oleh mama.
******************
Jam masih menunjukkan pukul 3 pagi,
tapi aku melihat ada seseorang berbaju hitam masuk ke dalam rumahku. Aku kira
itu pencuri, aku pun mengendap-endap mengikuti orang itu. Tapi ternyata orang
yang kukira maling itu sedang berbicara dengan mama. Sosok berbaju hitam itu
menggunakan topeng. Tapi apa yang mereka bicarakan sampai-sampai membuat mama
menangis?. Aku pun mendekat dan mendengarkan pembicaraan mereka.
“Hari ini adalah hari ke 7 semenjak
anakmu sembuh dari penyakitnya, dan sekarang kamu harus menepati janjimu,” ucap
sosok itu dengan nada keras.
Aku
bingung, punya janji apa mama dengan sosok misterius itu dan apa hubungannya
dengan kesembuhanku?.
“Ta...pi bagaimana dengan anakku?”
tanya mama sambil mengusap air matanya.
“Aku tidak mau tahu, kalau kau tidak
menepati janjimu, anakmu yang akan jadi gantinya,”
“Jangan, ya aku akan menepati
janjiku,”
“Janji apa ma?” sahutku yang membuat
mereka kaget.
Mama
tidak berkata apa-apa dan langsung mendekapku. Suara tangisannya terdengar
jelas ditelingaku. Berulang kali aku meminta mama untuk menjelaskan semua ini,
tapi bukannya menjelaskan, tangisan mama malah menjadi-jadi.
“Mamamu telah berjanji padaku akan
menyerahkan nyawanya asal kau bisa sembuh dari penyakitmu, dan sekarang adalah
waktu terakhir mamamu untuk hidup, hahah!” ucap sosok itu puas.
Aku
tidak menyangka mama membuat janji dengan iblis seperti dia. Aku memang sangat
menginginkan kesembuhan itu, tapi apa arti kesembuhan kalau mama harus
meninggalkanku. Dari kecil hanya mama yang selalu merawatku, menyayangiku dan
selalu ada disampingku.
“Ambil kembali kesembuhanku ini, Aku
tidak butuh. Yang aku butuhkan hanya mama disampingku,” ucapku kepada sosok
itu.
“Jangan, biar kau ambil saja
nyawaku,” ucap mama mencegah.
“Tapi ma....”
“Kamu mau nurut kan sama mama
sayang?”
Belum
sempat aku menjawab, iblis itu langsung menarik badan mama dan mendorongnya ke
tembok. Diambilnya sebuah pisau dari sakunya dan secara cepat langsung
ditancapkan tepat di jantung mama. Aku menjerit melihat orang yang paling
berarti untukku dibunuh oleh iblis terkutuk itu.
“Kenapa kau bunuh mama? Bunuh aku
saja hei iblis!” ucapku padanya.
Dia
malah tertawa dan membawa tubuh mama. Aku mengikuti iblis itu membawa tubuh
mama. Entah kenapa iblis itu berhenti di tengah jalan dan melambaikan tangannya
padaku.
“Kalau kau mamamu, kemarilah!”
ucapnya.
Aku
pun segera menurutinya. Tapi setelah aku hampir sampai di depan iblis itu, aku
melihat sebuah cahaya yang sangat terang. Aku baru sadar kalau cahaya itu
berasal dari lampu truk besar yang ada di depanku. Aku pun tak bisa menghindar
lagi dari truk itu dan kini semuanya menjadi gelap.
Jumat, 12 Juli 2013
Kak Sinta
Setiap hari kak Sinta memang terlihat semakin cantik. Tidak ada 1 pun jerawat dan tompel diwajahnya. Selain karena uang saku, kak Sinta adalah alasan kuatku untuk masuk sekolah. Ah seandainya saja aku bisa memiliki kak Sinta, makan pun aku sudah tak butuh, ya itung-itung buat emak senang karena berasnya tidak cepat habis.
Sayang, tahun ini kak Sinta akan lulus dari sekolah ini, aku yakin dia pasti akan melanjutkan kuliah ke luar kota, dan aku disini hanya bisa memeluk bangku dan kursi yang pernah dia duduki saat masih disini. Meskipun begitu aroma parfumnya masih tertempel disini.
“pagi kak Sinta,” sapaku.
“pagi juga,”.
Ah mimpi apa aku semalam kak Sinta akan menjawab sapaanku, padahal tidak banyak murid laki-laki yang direspon oleh kak Sinta. Ah mungkin ini karena wajah imutku dan body atletikku, iya atletik catur.
****
Hari ini adalah hari wisuda sekaligus pelepasan bagi murid kelas 12, termasuk kak Sinta. Aku sangat sedih karena kak Sinta akan meninggalkanku. Kini tiada lagi semangatku untuk bersekolah. Untung saja orang tuaku mau menambah uang jajanku.
“Bambang, kak Sinta senang bisa kenal sama kamu,” ujar kak Sinta.
“iya kak, tunggu Bambang 2 tahun lagi ya kak,” jawabku sok imut.
“iya,”
“Bambang pasti menunggu sampai kakak lulus kuliah,”
“iya Bambang sayang,” jawabnya lalu mengecup keningku.
Ah apakah ini mimpi ? tidak Bambang. aku tidak menyangka akan dikecup oleh bidadari.
****
hari terus saja berganti, kini 2 tahun pun telah berlalu. Tak terasa sudah 2 tahun penantianku kepada kak Sinta, tapi apa yang kudapat? Kak Sinta sama sekali tak ada kabar. Ingin sekali aku berteriak sekencang-kencangnya, tapi pasti ibu-ibu di kompleks ku akan menyiramku dengan air bekas cuci piring, sungguh miris nasibku.
hari terus saja berganti, kini 2 tahun pun telah berlalu. Tak terasa sudah 2 tahun penantianku kepada kak Sinta, tapi apa yang kudapat? Kak Sinta sama sekali tak ada kabar. Ingin sekali aku berteriak sekencang-kencangnya, tapi pasti ibu-ibu di kompleks ku akan menyiramku dengan air bekas cuci piring, sungguh miris nasibku.
“mbang, sampai kapan loe mau nungguin si Sinta itu?” kata Edo, temanku.
“sampai malaikat maut menghampiri gue,”
“ngapain mbang?”
“beli rokok, yah mau nyabut nyawa gue bego’,”
Setiap kali aku mengirim sms kepada kak Sinta, sama sekali tidak ada balasan darinya. Aku tahu mungkin dia sibuk dengan tugas kuliahnya. Tapi mengapa aku selalu diabaikan seperti ini, aku merasa sudah tak punya siapa-siapa lagi, bahkan aku pun ragu apakah orang tuaku mengakui aku sebagai anaknya atau bukan.
Kini aku sudah bekerja. Setiap hari aku selalu berpakaian rapi dengan kemeja dan celana hitamku yang selalu ku setrika ini. Yups aku bekerja sebagai sales LPG. Meskipun begitu aku bangga karena selalu berpakaian rapi dan kedatanganku selalu disambut baik oleh ibu-ibu kompleks.
****
“hallo, kak Sinta,”
“iya hallo Bambang,”
“akhirnya Bambang bisa mendengar suara kak Sinta lagi meskipun lewat telepon, ternyata ngak sia-sia Bambang shalat tahajud tadi malam kak,”
“iya Bambang,”
“kak, Bambang kangen sama kak Sinta,”
“besok kak Sinta pulang ke surabaya mbang, kamu jemput kakak di bandara yah,”
“siap kakak sayang, hehehe,”
Tepat pukul 8 pagi, aku akan menjemput kak Sinta di bandara. Aku pun terpaksa harus mengecewakan para ibu-ibu penggemarku itu demi kak Sinta. Aku segera melaju ke bandara dengan motor vespa warna pink ku itu.
“ah kak Sinta lama sekali,” batinku dalam hati.
“Bambang...” teriak seseorang di belakangku.
Ketika kutoleh ke arah suara itu, kulihat ada 2 wanita bersama seorang laki-laki. Aku benar-benar tak mengenali mereka. Tapi ketika salah satu wanita itu mulai mendekat kepadaku, aku mulai sadar bahwa dia adalah kak Sinta. Iya dia kak Sinta, kakak kelas yang dulu paling cantik sesekolah, selain mpok Minah.
“Bambang kenapa kamu melongo seperti itu?” tanyanya.
“kamu kak Sinta kan?”
“iya ini aku Sinta,”
“kak, kakak sakit apa? Kok perutnya buncit seperti itu,”
“Bambang, ini bukan sakit tapi kak Sinta lagi hamil,”
“apaaaaa” teriakku layaknya sebuah sinetron.
“iya Bambang, kenalin ini suami kakak, namanya Bayu,”
Aku terdiam kaku seperti patung mendengar ucapan kak Sinta. Aku benar-benar tak percaya penantianku akan berujung seperti ini.
“Bambang, ini kenalin lagi, ini adik ipar kakak, namanya Ayu,”
Oke, untuk yang satu ini aku mau berkenalan dengannya. Ayu memang tidak seayu kak Sinta, tapi senyuman Ayu yang mirip dengan senyuman soimah, membuat hatiku tersetrum dan lambat laun aku pun jatuh hati padanya. Dan kini aku dan kak Sinta pun menjadi saudara karena aku telah menikahi adik iparnya itu.
*selesai*
Selasa, 25 Juni 2013
Surat Dari Ibu
Dengan kasarnya Antok mengacak-acak
lemari pakaian ibunya. Dia mencari sisa uang yang ibunya punya untuk digunakan
membeli narkoba di temannya.
“Antok, istighfar nak,” rintih
ibunya.
“ah diam kau perempuan tua,” bentak Antok.
“aku ini ibumu nak, aku yang
melahirkanmu,” ujar sang ibu sambil mengusap air mata di pipinya.
“kalau kau ibuku, sekarang aku butuh
uang. Mana? Mana? Kau tidak bisa memberikanku uang kan, berarti kau bukan
ibuku,”
Sang
ibu diam mendengar perkataan anak yang sangat dia sayangi itu. Dia tidak
menyangka, anak yang selama ini ia besarkan dengan kasih sayang dan ketulusan,
menjadi seperti ini sekarang.
Sang ibu hanya bisa pasrah melihat
kelakuan Antok yang semakin hari semakin menjadi. Kini Antok sudah jarang
pulang. Antok pulang hanya sekedar untuk meminta uang. Ibunya rela banting
tulang agar bisa membeli narkoba dan minum-minuman keras untuk anaknya itu. Telinga
Antok sepertinya sudah tuli dengan nasehat-nasehat ibunya. Malah yang ada Antok
akan marah kepada ibunya dan membanting semua benda yang ada di sekitarnya.
Sekarang Antok juga menjadi rajin
bolos sekolah. Padahal sebentar lagi dia akan menghadapi UN. Antok sudah tidak
memikirkan pendidikannya lagi karena dia sudah terjerumus dalam lingkaran
setan.
“bu Aini, saya mau minta ganti rugi.
Lihat ini muka anak saya, jadi babak belur gara-gara Antok, anak ibu itu,” ujar
tetangga Antok.
“apa? Antok memukuli anak ibu?”
“iya bu Aini. Memangnya biaya
pengobatan tidak mahal apa?”
“Antok tidak mungkin seperti itu
bu,”
“ibu nggak percaya sama saya.
Silahkan tanya saja dengan tetangga-tetangga. Banyak kok yang jadi saksinya,”
“iya-iya bu saya akan menanggungnya.
Tapi tidak sekarang, karena sekarang saya benar-benar tidak ada uang,”
“terus kapan bu? Anak saya harus
diobati secepatnya donk bu,”
“iya besok bu,”
“ya sudah,” ujar tetangga Antok lalu
pergi.
Setiap malam, ibu Antok selalu
bangun untuk shalat tahajud. Di setiap doanya, sang ibu tak pernah lupa untuk
menyebut nama Antok. Sang ibu tak henti-hentinya berharap agar sang maha kuasa
mengembalikan sifat Antok seperti 1 tahun yang lalu. Dia sangat merindukan
sosok Antok yang penurut, baik, lemah lembut, bahkan dulu Antok rela tidak
keluar bermain dengan teman-temannya hanya untuk menemani ibunya pergi ke
pasar.
Waktu masih menunjukkan jam 2 pagi,
tapi Antok sudah berteriak-teriak membangunkan ibunya. Dia minta uang karena
dia kalah dari judi semalam. Sedangkan ibunya tidak mempunyai uang, bahkan
untuk membayar pengobatan anak tetangga saja ibunya tidak punya. Antok marah,
dia membanting semua benda yang ada di sekitarnya. Vas bunga yang dia lemparkan
pun hampir saja terkena ibunya. Ibunya menjerit meminta agar Antok menghentikan
semua ini. Tapi Antok sudah tak menghiraukan apa kata ibunya. Setelah rumahnya
hancur, Antok pun pergi.
“tok, ibu kamu masuk rumah sakit,”
ujar tetangga Antok.
“untuk apa wanita tua itu pergi ke
rumah sakit?”
“tok sadar, dia itu ibumu. Penyakit
asma ibumu kambuh,”
“biar saja dia mati. Percuma dia
hidup juga tidak memberikan uang padaku,”
“terserah kau lah tok, aku hanya
memberitahumu,”
Entah mengapa, Antok memikirkan
ibunya. Dilihatnya rumah masih berantakan seperti tadi pagi saat Antok
menghancurkan rumah ini. Antok sebenarnya penasaran dengan keadaan ibunya.
*********************
“Antok,
ayah ingin sekali melihat kamu mendapatkan gelar sarjana,”
Itulah
keinginan ayahnya yang selalu Antok ingat dan simpan baik-baik di memori
otaknya. Karena kata-kata itu Antok menjadi bersemangat sekolah. Tapi karena
kata-kata itu juga Antok menjadi seperti ini sekarang.
“tuhan
itu tidak adil padaku, kenapa tuhan mengambil ayahku sebelum keinginannya
terwujud, yaitu melihatku mendapatkan gelar sarjana,” ucap Antok sambil memukul
meja.
Tak
terasa air mata Antok yang jarang sekali dia keluarkan itu menetes di pipinya.
Dia ingat saat-saat keluarganya masih utuh. Ibu yang selalu memasakkan makanan
kesukaannya dan ayahnya yang selalu memberinya motivasi dan menemaninya bermain
catur. Tapi.. tuhan malah mengambil ayahnya yang sangat dia cintai itu.
“astagfirulloh ibu...” ujar Antok
teringat ibunya. Antok pun lalu segera pergi ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, di depan
kamar ibunya ada beberapa tetangga disana. Jelas terlihat dari raut muka
mereka, kalau mereka sangat kesal dan membenci Antok.
“dok, bagaimana keadaan ibu saya?”
tanya Antok.
“apa kamu anaknya?”
“iya dok saya anaknya.”
“kamu yang tabah ya nak, nyawa ibu
kamu tidak dapat di tolong,”
Antok
tidak percaya mendengar ucapan dokter, dia pun masuk dan menemui ibunya yang
sudah tak bernyawa itu. Di rangkul dan ciuminya tubuh ibunya itu, tapi tetap
saja sang ibu tidak akan memberi respon apa-apa.
“nak, sabarkan hatimu. Ibumu sangat
menyayangimu. Dia menitipkan surat ini untukmu,” kata sang dokter sambil
menyodorkan secarik kertas.
Antok
pun membaca surat itu,
Assalamualaikum wr. wb
Kepada, anakku Antok yang sangat ibu sayangi
Maafkan ibu nak, ketika kamu meminta uang, ibu malah
memberimu kasih sayang.
Maafkan ibu nak, ketika kamu sedang marah, ibu malah
berceramah.
Ibu memang bukanlah ibu yang baik untukmu.
Tapi ingatkah kau dulu nak, saat kita bertiga
menghabiskan waktu bersama.
Tapi sayang, takdir allah memisahkan kita bertiga.
Ibu sangat sedih waktu itu, tapi ibu kuat karena
masih ada kamu.
Kamulah sumber kekuatan ibu nak
Tapi mungkin ayahmu marah kepada ibu,
karena tidak
bisa menjaga amanatnya untuk menjaga kamu seperti yang beliau-
katakan sebelum ajal menjemputnya
Jangan biarkan ayahmu marah nak,
Ayo kamu pasti bisa meraih gelar sarjana itu.
Tunjukkan kalau kamu anak ayah dan ibu.
Kamu pasti bisa nak...
Antok, mungkin sebentar lagi ibu akan bertemu dengan
ayahmu
sebenarnya ibu masih ingin memelukmu, menjagamu, dan
menyiapkan masakan-
untukmu nak, tapi sepertinya kau harus belajar
mandiri sekarang.
Jangan khawatr, ibu tetap ada di sampingmu dan akan
selalu menyayangimu nak.
*********************************
4 tahun berlalu, kini usia Antok
sudah menginjak 22 tahun. Gelar sarjana dengan nilai akhir yang sangat
memuaskan pun sudah didapatkan Antok. Antok bekerja sebagai seorang psikolog
sekarang. Dia ingin bisa memberi motivasi kepada orang-orang agar mereka tidak
menjadi seperti Antok 4 tahun yang lalu.
Langganan:
Komentar (Atom)