Pages

Rabu, 18 Desember 2013

cerpen "MAMA"

ini cerpen buat daftar ekskul jurnalistik. buatnya kebut-kebutan tapi kata mbak pembinanya "not bad". yasudahlah, meskipun saya berharap ada komentar-komentar lain. ini saya posting di blog semata wayang saya ini. selamat menikmati.



Hari ini mungkin adalah hari yang paling membuatku bahagia sepanjang hidupku. Bagaimana aku tidak bahagia, setelah 3 bulan lamanya aku mengidap kanker di otakku, tiba-tiba dokter memberitahuku bahwa aku telah bebas dari sel kanker itu. Kupeluk erat mama dan tak terasa isak tangis kami berkumpul menjadi satu. Di dunia ini hanya mama yang ku punya, sedang ayahku telah meninggalkanku sejak aku berumur 7 tahun.
            Sudah 4 hari ini aku hidup tanpa penyakit kanker dalam tubuhku. Aku bahagia karena bisa menjalani hidupku seperti dulu lagi. Tapi mama, mama berubah semenjak aku dinyatakan sembuh oleh dokter. Mama menjadi sering melamun dan seperti tidak ada semangat hidup lagi.
            “Ma, mama kenapa?” tanyaku.
            “Mama nggak kenapa-kenapa sayang,” jawab mama lemas.
            “Tapi mama...” belum selesai aku melanjutkan ucapanku, tiba-tiba telunjuk mama membungkam mulutku.
            “Mama nggak kenapa-kenapa sayang. Kamu nggak perlu khawatir sama mama. Kamu sekarang harus belajar hidup sendiri ya sayang,”
            “Kenapa ma? Kan masih ada mama,”
            “Tapi suatu saat mama pasti akan meninggal sayang, dan kamu harus belajar mandiri mulai sekarang,”
            “Mama nggak boleh ngomong gitu,”
Mama mendekat dan langsung memelukku erat.
                                                            *******************
            Kini semakin hari wajah mama bertambah pucat. Padahal mama tidak sedang mengidap penyakit apa-apa. Mama juga mulai tidak mengurusku. Aku benar-benar meridukan sosok mama yang dulu. Mama lebih sering menyendiri dan melamun sambil memegang foto kami. Setiap aku hendak mendekatinya, mama segera pergi dan masuk ke kamarnya.
            Ketika aku sedang terlelap, tiba-tiba ada tangan yang mengusap-usap rambutku dengan lembut. Aku kenal betul dengan usapan tangan ini.
            “Mama,” ucapku sambil menengadah ke atas.
            “Iya sayang, kamu mau mama nyanyiin nina bobo?” tanya mama.
            “Iya ma,” ucapku semangat karena aku benar-benar merindukan dimanja oleh mama.
                                                            ******************
            Jam masih menunjukkan pukul 3 pagi, tapi aku melihat ada seseorang berbaju hitam masuk ke dalam rumahku. Aku kira itu pencuri, aku pun mengendap-endap mengikuti orang itu. Tapi ternyata orang yang kukira maling itu sedang berbicara dengan mama. Sosok berbaju hitam itu menggunakan topeng. Tapi apa yang mereka bicarakan sampai-sampai membuat mama menangis?. Aku pun mendekat dan mendengarkan pembicaraan mereka.
            “Hari ini adalah hari ke 7 semenjak anakmu sembuh dari penyakitnya, dan sekarang kamu harus menepati janjimu,” ucap sosok itu dengan nada keras.
Aku bingung, punya janji apa mama dengan sosok misterius itu dan apa hubungannya dengan kesembuhanku?.
            “Ta...pi bagaimana dengan anakku?” tanya mama sambil mengusap air matanya.
            “Aku tidak mau tahu, kalau kau tidak menepati janjimu, anakmu yang akan jadi gantinya,”
            “Jangan, ya aku akan menepati janjiku,”
            “Janji apa ma?” sahutku yang membuat mereka kaget.
Mama tidak berkata apa-apa dan langsung mendekapku. Suara tangisannya terdengar jelas ditelingaku. Berulang kali aku meminta mama untuk menjelaskan semua ini, tapi bukannya menjelaskan, tangisan mama malah menjadi-jadi.
            “Mamamu telah berjanji padaku akan menyerahkan nyawanya asal kau bisa sembuh dari penyakitmu, dan sekarang adalah waktu terakhir mamamu untuk hidup, hahah!” ucap sosok itu puas.
Aku tidak menyangka mama membuat janji dengan iblis seperti dia. Aku memang sangat menginginkan kesembuhan itu, tapi apa arti kesembuhan kalau mama harus meninggalkanku. Dari kecil hanya mama yang selalu merawatku, menyayangiku dan selalu ada disampingku.
            “Ambil kembali kesembuhanku ini, Aku tidak butuh. Yang aku butuhkan hanya mama disampingku,” ucapku kepada sosok itu.
            “Jangan, biar kau ambil saja nyawaku,” ucap mama mencegah.
            “Tapi ma....”
            “Kamu mau nurut kan sama mama sayang?”
Belum sempat aku menjawab, iblis itu langsung menarik badan mama dan mendorongnya ke tembok. Diambilnya sebuah pisau dari sakunya dan secara cepat langsung ditancapkan tepat di jantung mama. Aku menjerit melihat orang yang paling berarti untukku dibunuh oleh iblis terkutuk itu.
            “Kenapa kau bunuh mama? Bunuh aku saja hei iblis!” ucapku padanya.
Dia malah tertawa dan membawa tubuh mama. Aku mengikuti iblis itu membawa tubuh mama. Entah kenapa iblis itu berhenti di tengah jalan dan melambaikan tangannya padaku.
            “Kalau kau mamamu, kemarilah!” ucapnya.
Aku pun segera menurutinya. Tapi setelah aku hampir sampai di depan iblis itu, aku melihat sebuah cahaya yang sangat terang. Aku baru sadar kalau cahaya itu berasal dari lampu truk besar yang ada di depanku. Aku pun tak bisa menghindar lagi dari truk itu dan kini semuanya menjadi gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar