Hari
ini mungkin adalah hari yang paling membuatku bahagia sepanjang hidupku.
Bagaimana aku tidak bahagia, setelah 3 bulan lamanya aku mengidap kanker di
otakku, tiba-tiba dokter memberitahuku bahwa aku telah bebas dari sel kanker
itu. Kupeluk erat mama dan tak terasa isak tangis kami berkumpul menjadi satu.
Di dunia ini hanya mama yang ku punya, sedang ayahku telah meninggalkanku sejak
aku berumur 7 tahun.
Sudah 4 hari ini aku hidup tanpa
penyakit kanker dalam tubuhku. Aku bahagia karena bisa menjalani hidupku
seperti dulu lagi. Tapi mama, mama berubah semenjak aku dinyatakan sembuh oleh
dokter. Mama menjadi sering melamun dan seperti tidak ada semangat hidup lagi.
“Ma, mama kenapa?” tanyaku.
“Mama nggak kenapa-kenapa sayang,”
jawab mama lemas.
“Tapi mama...” belum selesai aku
melanjutkan ucapanku, tiba-tiba telunjuk mama membungkam mulutku.
“Mama nggak kenapa-kenapa sayang.
Kamu nggak perlu khawatir sama mama. Kamu sekarang harus belajar hidup sendiri
ya sayang,”
“Kenapa ma? Kan masih ada mama,”
“Tapi suatu saat mama pasti akan
meninggal sayang, dan kamu harus belajar mandiri mulai sekarang,”
“Mama nggak boleh ngomong gitu,”
Mama
mendekat dan langsung memelukku erat.
*******************
Kini semakin hari wajah mama
bertambah pucat. Padahal mama tidak sedang mengidap penyakit apa-apa. Mama juga
mulai tidak mengurusku. Aku benar-benar meridukan sosok mama yang dulu. Mama
lebih sering menyendiri dan melamun sambil memegang foto kami. Setiap aku
hendak mendekatinya, mama segera pergi dan masuk ke kamarnya.
Ketika aku sedang terlelap,
tiba-tiba ada tangan yang mengusap-usap rambutku dengan lembut. Aku kenal betul
dengan usapan tangan ini.
“Mama,” ucapku sambil menengadah ke
atas.
“Iya sayang, kamu mau mama nyanyiin
nina bobo?” tanya mama.
“Iya ma,” ucapku semangat karena aku
benar-benar merindukan dimanja oleh mama.
******************
Jam masih menunjukkan pukul 3 pagi,
tapi aku melihat ada seseorang berbaju hitam masuk ke dalam rumahku. Aku kira
itu pencuri, aku pun mengendap-endap mengikuti orang itu. Tapi ternyata orang
yang kukira maling itu sedang berbicara dengan mama. Sosok berbaju hitam itu
menggunakan topeng. Tapi apa yang mereka bicarakan sampai-sampai membuat mama
menangis?. Aku pun mendekat dan mendengarkan pembicaraan mereka.
“Hari ini adalah hari ke 7 semenjak
anakmu sembuh dari penyakitnya, dan sekarang kamu harus menepati janjimu,” ucap
sosok itu dengan nada keras.
Aku
bingung, punya janji apa mama dengan sosok misterius itu dan apa hubungannya
dengan kesembuhanku?.
“Ta...pi bagaimana dengan anakku?”
tanya mama sambil mengusap air matanya.
“Aku tidak mau tahu, kalau kau tidak
menepati janjimu, anakmu yang akan jadi gantinya,”
“Jangan, ya aku akan menepati
janjiku,”
“Janji apa ma?” sahutku yang membuat
mereka kaget.
Mama
tidak berkata apa-apa dan langsung mendekapku. Suara tangisannya terdengar
jelas ditelingaku. Berulang kali aku meminta mama untuk menjelaskan semua ini,
tapi bukannya menjelaskan, tangisan mama malah menjadi-jadi.
“Mamamu telah berjanji padaku akan
menyerahkan nyawanya asal kau bisa sembuh dari penyakitmu, dan sekarang adalah
waktu terakhir mamamu untuk hidup, hahah!” ucap sosok itu puas.
Aku
tidak menyangka mama membuat janji dengan iblis seperti dia. Aku memang sangat
menginginkan kesembuhan itu, tapi apa arti kesembuhan kalau mama harus
meninggalkanku. Dari kecil hanya mama yang selalu merawatku, menyayangiku dan
selalu ada disampingku.
“Ambil kembali kesembuhanku ini, Aku
tidak butuh. Yang aku butuhkan hanya mama disampingku,” ucapku kepada sosok
itu.
“Jangan, biar kau ambil saja
nyawaku,” ucap mama mencegah.
“Tapi ma....”
“Kamu mau nurut kan sama mama
sayang?”
Belum
sempat aku menjawab, iblis itu langsung menarik badan mama dan mendorongnya ke
tembok. Diambilnya sebuah pisau dari sakunya dan secara cepat langsung
ditancapkan tepat di jantung mama. Aku menjerit melihat orang yang paling
berarti untukku dibunuh oleh iblis terkutuk itu.
“Kenapa kau bunuh mama? Bunuh aku
saja hei iblis!” ucapku padanya.
Dia
malah tertawa dan membawa tubuh mama. Aku mengikuti iblis itu membawa tubuh
mama. Entah kenapa iblis itu berhenti di tengah jalan dan melambaikan tangannya
padaku.
“Kalau kau mamamu, kemarilah!”
ucapnya.
Aku
pun segera menurutinya. Tapi setelah aku hampir sampai di depan iblis itu, aku
melihat sebuah cahaya yang sangat terang. Aku baru sadar kalau cahaya itu
berasal dari lampu truk besar yang ada di depanku. Aku pun tak bisa menghindar
lagi dari truk itu dan kini semuanya menjadi gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar