Pages

Rabu, 05 Juni 2013

cerpen 2



Keluarga Kecilmu
            Mataku terbelalak melihat surat keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa di rahimku ada kista. Hatiku merasa terguncang. Jiwaku seakan lepas dari raganya. Aku merasa telah gagal menjadi seorang wanita. Aku tidak tahu apakah aku harus mengatakan ini semua kepada suamiku. Aku tahu, suamiku tak akan marah padaku, tapi kesedihan dalam hatinya tidak akan dapat di sembunyikan dari raut wajahnya itu. Tapi bagaimanapun aku harus jujur pada suamiku.
“gimana sih kamu itu pilih istri kok yang mandul” kata mertuaku pelan pada suamiku.
“aku kan nggak tahu ma” jawab suamiku.
“mama nggak mau tahu, pokoknya mama mau cepet-cepet dapat cucu dari kamu” ujar mertuaku sambil berlalu pergi. Ku lihat suamiku duduk tertegun memikirkan kata-kata ibunya. Aku tahu dia tidak mungkin tega menduakanku. Aku  yakin suamiku masih mencintaiku. Tapi di satu sisi, aku harus memikirkan suamiku. Tidak mungkin jika suamiku harus menghabiskan masa hidupnya bersama wanita yang tidak bisa memberikan anak seperti aku ini.
                                    ********************************
            4 tahun berlalu, kini buah hati suamiku dengan istri keduanya semakin tumbuh besar. Termasuk kasih sayang suamiku juga semakin besar kepada anak dan istri keduanya itu. Di rumah ini, mungkin aku hanya dianggap sebagai pembantu. Tapi aku telah berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan meninggalkan suamiku. Aku telah gagal menjadi istri yang bisa memberikannya anak, tapi aku tidak mau gagal lagi dalam melayani segala urusan suamiku.
“mas, ini tasnya” kataku pada suamiku.
“yah sudah aku berangkat dulu” pamit suamiku lalu mencium kening istri keduanya. Sungguh ini pemandangan yang paling kubenci. Aku ini kan masih istrinya, tapi kenapa setiap dia berangkat kerja, tak pernah dia mencium keningku. Bahkan menoleh padaku pun tak pernah. Memang ini semua salahku. Ini semua karena penyakit sialanku ini. Wajar saja jika suamiku telah bosan padaku.
            Tidak biasanya suamiku pulang agak cepat. Aku pun menyambutnya dengan senyuman dan wajah yang berseri. Tapi apa yang kudapat? Suamiku malah langsung masuk ke dalam rumah dan mengganggapku seperti patung di depan rumah.
“mas tumben kok pulang cepet” ujarku.
“iya aku ingin menghabiskan waktu bersama istri dan anakku. Dimana istriku” jawabnya sambil memanggil-manggil nama istri keduanya. Kenapa dia harus mencari yang tidak ada sedangkan di dekatnya sudah ada aku. Aku seperti sampah di mata suamiku. Aku tak berguna. Bahkan mungkin jika aku mati, suamiku tidak akan merasa kehilanganku sama sekali.
                                    ********************************
“mas, terima kasih selama ini kamu telah membahagiakanku. Aku masih sangat mencintaimu. Tapi biarlah kau hidup bahagia bersama keluarga kecilmu itu. aku tak akan mengganggu kalian lagi. Akan kusimpan cinta kita ini selamanya mas. Meskipun aku tidak tahu apakah masih ada rasa cintamu untukku. Aku pergi mas.” Kataku sambil membawa koper pemberiannya saat kami berbulan madu dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar