Jomblo
Di Tangan Tuhan
“tak
mengapa kau menolak cintaku ini. Aku yakin jika kita berjodoh, pasti kita akan
bertemu lagi,” Ucap Bambang pada Doni.
Bambang
yang di kampusnya terkenal sebagai “jomblo tulen”, sampai-sampai teman-temannya
ragu, apakah Bambang ini masih suka dengan perempuan atau tidak?. Bambang hanya
bisa berdoa agar tuhan segera mengangkat penyakit kejombloannya ini secepat
mungkin. Dia frustasi dengan semua ini. Dia merasa dunia ini tidak adil
baginya, yang lain bisa bergandengan dengan pacarnnya, sedangkan Bambang hanya
bisa bergandengan dengan temannya, itu pun sesama jenis. Yang lain bisa saling
menyuapi makanan, sedang Bambang malah bingung mencari benda yang bisa dimakan.
Sungguh miris nasib si Bambang, tidak ada yang perhatian dengan dirinya. Harusnya
pemerintah lebih memperdulikan nasib jomblo-jomblo seperti Bambang ini. Kalau
tidak, maka akan semakin banyak kasus bunuh diri di indonesia. Di Jakarta ini, Bambang
hanya mempunyai 1 teman akrab, Ridho namanya. Bambang sudah menganggap Ridho
seperti emaknya sendiri karena Ridho tidak mau kalau dianggap sebagai pacarnya.
“dho,
loe bantuin gue cari cewek donk,” kata Bambang sambil tiduran di pangkuan Ridho.
“loe
mau yang kayak gimana mbang?” jawab Ridho sambil mengelus-elus rambut Bambang.
“kalau
bisa yang cantik. Yang sexi juga boleh,” sebut Bambang.
“ada
mbang, di kampung sebelah,”
“beneran
dho? Tapi cakep kan dia?”
“iya
cakep, manis lagi. Badannya juga sexi, tapi mbang...” terang Ridho.
“kenalin
gue donk dho, Tapi apa..?” Bambang penasaran
“tapi
ekornya panjang, hahahah,” ucap Ridho sambil ketawa ala setan. Wajah Bambang
menjadi manyun dengan bibirnya yang hot alias maju 10cm.
“iya-iya
gue kenalin loe ke temen cewek gue,” kata Ridho menghibur Bambang.
“nggak
perlu. Pasti temen loe ekornya panjang,” sahut Bambang judes.
“yang
ini beneran bang. Wujudnya manusia, cantik lagi. Ada Dora, Siska sama Wati. Loe
pilih yang mana?”
“gue
pilih tiga-tiganya deh, hehehe,” jawab Bambang sok playboy, padahal ya korban
playgirl.
“dasar
rakus loe,” sahut Ridho sengit.
Paginya, di taman yang tidak begitu
indah ini, Bambang akan bertemu dengan Dora. Bambang mengenakan baju
kotak-kotak dengan celana jeans abu-abunya yang membuat dirinya seperti anak
17tahun, padahal muka sudah 30tahun. Sudah 15 menit Bambang menunggu Dora
disini, namun Dora tak kunjung datang. Tiba-tiba dari belakang ada yang
memanggil Bambang. Bambang pun menoleh. Dilihatnya seorang wanita berwajah imut
dengan 2 kunciran di kepalanya. Dia memakai baju berwarna pink dengan gambar
winny the pooh. Bambang tak mempermasalahkan itu karena Bambang mengira mungkin
Dora adalah penyayang anak. Bambang dan Dora duduk berdua di sebuah kursi. Hati
Bambang terasa bergetar, mungkin ada sms. Bambang memang begitu, bahkan saat
bersama Ridho pun hati Bambang juga bergetar. Bambang lalu perlahan tapi pasti
memegang tangan Dora. mereka saling bertatapan. Keringat dingin pun mengalir di
kening Bambang. jantung Bambang juga berdetak sangat kencang, seperti ada
kereta yang sedang melaju di dalam jantung Bambang.
“Dora,
kamu ternyata cantik yah,” rayu Bambang.
“ah
kamu bisa saja,” jawab Dora malu-malu.
“Dora,
disini itu ada pencuri ya?” kata Bambang nggak nyambung.
“aku
nggak tahu, memangnya kenapa?” jawab Dora.
“pura-pura
nggak tahu kamu itu Dora, udah deh ngaku aja!” ujar Bambang menuduh.
“apa
sih? Aku kan baru datang, memangnya yang dicuri apa?” tanya Dora serius.
“hatiku...”
gombal Bambang. Pipi Dora pun menjadi
merah, kebanyakan make up mungkin.
“Dora,
kamu mau makan apa? Aku beliin yah?” ujar Bambang sok nraktir, padahal
ujung-ujungnya modus dompet ketinggalan.
“nggak
perlu. Aku bawa dari rumah kok,” jawab Dora lalu mengambil sesuatu dari tasnya.
“alhamdulillah,
ini cewek yang gue cari.” kata Bambang dalam hati kegirangan karena dompetnya
aman. Tapi Bambang tidak menduga kalau ternyata yang diambil Dora adalah permen
lolipop.
“kamu
mau ini?” kata Dora menawarkan permennya pada Bambang. Bambang pun menggeleng.
Lama-lama Bambang menjadi ilfell dengan sifat Dora, tapi Bambang mencoba
bertahan.
“Bambang,
kita jalan-jalan yuk,” ajak Dora.
“oke,
kamu mau jalan-jalan kemana?” tanya Bambang.
“terserah.Tapi
aku pengen naik jungkat-jungkit nih,” ujar Dora dengan wajahnya yang diimut-imutkan.
Bambang hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya. Dia tidak bisa bayangkan,
bagaimana jika dia sampai pacaran dengan Dora. Mungkin tempat favorit untuk
pacaran adalah taman bermain anak-anak. Bambang pun mencari akal.
“Dora
sebentar ya, aku mau kesana dulu beli ice cream,” kata Bambang.
“iya,
aku rasa coklat ya,” jawab Dora. Bambang pun lalu pergi dan bisa bernafas lega
karena akhirnya dia bisa kabur dari wanita di bawah umur itu.
******************
Wajahnya cantik, Pakaiannya terndy,
Tasnya bermerk. Itulah Siska. Cewek yang sangat sexi dengan rambutnya yang
hitam, panjang, dan tidak berketombe mirip model iklan shampo di tv, membuat Bambang
melongo hingga mulutnya membentuk huruf o kapital. Menurutnya, Siska lah wanita
yang selama ini dia cari. Siska begitu sempurna dari segi fisik. Siska juga
tampak dewasa dan Bambang yakin kalau di dalam tas Siska itu tidak berisi
permen lolipop.
“kita
jalan-jalan yuk sis,” ajak Bambang sok berduit.
“oke,
tapi ke mall ya?” ujar Siska. Perasaan Bambang tiba-tiba tidak enak saat Siska
mengajaknya untuk pergi ke mall. Tidak mungkin ke mall hanya untuk
melihat-lihat saja, sedangkan dompet Bambang hanya berisi 1 lembar uang
50ribuan. Itu pun menjadi kesayangannya. Sungguh Bambang tidak rela jika harus
menggunakan uang kesayangannya itu.
“ayo
kita ke mall,” ajak Siska sedikit memaksa.
“i...ya...
ayo kita ke ma..mall,” jawab Bambang gagap.
“mobil
kamu yang warna apa?” tanya Siska.
“emm,
mobilku ada di bengkel sis,” jawab Bambang bohong.
“ya
sudah kita naik taxi ya,” ujar Siska. Bambang bingung hendak menjawab apa.
Tidak mungkin kan kalau Siska yang membayar ongkos taxinya. Bambang lalu sibuk mencari-cari alasan agar bisa kabur dari
wanita bermata hijau ini.
“hallo..
iya ma, ada apa?” Bambang menjawab teleponnya padahal tidak ada telepon di
handphonenya.
“apa?
Papa masuk rumah sakit. Iya-iya Bambang segera kesana,” kata Bambang lalu sok
menutup telepon.
“Siska
maaf ya kita ke mallnya kapan-kapan aja, papaku sakit jadi aku harus kesana,”
pamit Bambang.
“ya
sudah hati-hati ya, oh ya aku minta ongkos buat pulang donk,” pinta Siska.
“aduh
maaf sis, uang aku di atm. Maaf ya sis aku harus cepat-cepat pergi. Bye,” kata Bambang
tegesa-gesa agar uangnya tetap aman.
Di rumah, Bambang hanya bisa
mengomel-ngomel saja. Hari ini adalah hari paling sial baginya. Perempuan yang ditemuinya,
tidak ada yang mengerti dengan keadaannya. Tapi masih ada 1 nominasi lagi yaitu
Wati. Sebenarnya Bambang masih depresi dengan 2 wanita tadi, tapi demi hatinya
yang sudah lama berlibur ini, akhirnya Bambang pun mau.
“kamu tidak suka makan permen
lolipop kan Wati?” tanya Bambang.
“tidak, aku lebih suka makan sayuran,”
jawab Wati.
“apa kamu suka jalan-jalan ke mall Wati?”
tanya Bambang seperti mengintrogasi.
“tidak, aku lebih suka jalan-jalan
ke sawah karena udaranya sejuk dan bebas dari polusi,” sahut Wati. Bambang
terpesona dengan kedewasaan Wati. Selain dewasa, Wati juga seperti keibuan.
“pasti bahagia jika aku mempunyai
istri seperti Wati,” gumam Bambang dalam hati.
Kini Bambang dan Wati menjadi
semakin dekat, Sedekat upil dengan bulu hidung. Bambang sekarang juga mulai
berbangga diri karena dia akan segera melepas gelar jomblonya, meskipun Bambang
tidak tahu apakah Wati akan menerima cintanya. Tapi itulah Bambang. Yang
penting gaya, soal diterima atau tidak itu urusan belakang. Lagi pula Bambang
juga bisa beralasan kalau Bambang telah dijodohkan oleh orang tuanya di
kampung. Padahal di kampung, kerbau pun lebih memilih jadi perawan tua daripada
harus dijodohkan dengan Bambang.
“Wati, kita jalan-jalan yukk,” ajak Bambang.
“kemana mbang? Emm maaf ya aku tidak
sopan,” ujar Wati.
“tidak apa-apa. Kamu panggil mas aja
biar mesrah,”
“ih kamu apa’an sih,” jawab Wati
sambil malu-malu.
“ya sudah kita ke mall yah?” ajak Bambang.
Bambang tahu Wati adalah tipe cewek yang tidak suka berbelanja, maka dari itu
dia nekat mengajak Wati ke mall.
Setelah tiba di mall, Bambang ingin
mengajak Wati untuk melihat-lihat baju di atas, tapi tiba-tiba....
“mas Bambang, bisa tidak jika kita
tidak lewat tangga berjalan itu?” kata Wati sambil menunjuk eskalator.
“tidak bisa Wati. Itu satu-satunya
jalan menuju ke atas.” Jawab Bambang.
“Wati takut mas,” sambil wajahnya
pengen nangis.
“kamu pegang tanganku erat-erat saja
Wati,” jawab Bambang modus.
Wati
dan Bambang pun lalu menaiki eskalator. Tangan Wati mencengkeram tangan Bambang.
Wati yang tampak ketakutan berbeda dengan wajah Bambang yang meringis karena
bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ketika sudah sampai di atas. Wati
pun bisa bernafas lega.
“mas kita naik itu lagi yuk, Wati
belum pernah main game kayak gini soalnya,” kata Wati polos.
“Wati, itu bukan game, itu eskalator,”
jawab Bambang sambil menggaruk-garuk kepalanya karena belum keramas seminggu.
Sudah 2 bulan ini Bambang dekat
dengan Wati, tapi Bambang belum juga menembak Wati. Mungkin Bambang masih
berpikir, pistol apa yang cocok untuk Wati. Bambang juga masih berpikir 17x
tentang sifat Wati yang polos bahkan cenderung katro’. Tapi diam-diam Bambang
mulai menyukai Wati meskipun setiap jalan dengan Wati, Bambang harus selalu
menjadi tourguide bagi Wati. Ridho pun memberi saran untuk teman terburuknya
itu.
“Wati.. kamu sayang nggak sama ibu
kamu?” tanya Bambang.
“sayang donk mas,” jawab Wati.
“kalau sama ayah kamu?”
“juga sayang donk mas,”
“terus kalau sama aku sayang nggak?”
tanya Bambang modus. sejenak Wati diam. Dia mungkin bingung hendak menjawab
tidak atau tidak sama sekali.
“kamu kenapa diam? emang sih diam
itu emas. Tapi tanpa kamu diam, kamu juga sudah jadi emas yang paling indah kok
Wati,” gombal Bambang.
“ih apa’an sih mas Bambang ini! Aku
nggak pantas buat kamu mas,” jawab Wati merendah.
“kamu jangan merendah gitu Wati. aku
sayang sama kamu, aku butuh kamu yang menemani di setiap kesendirianku. Aku
juga mau menerima kamu apa adanya. Aku tulus sama kamu. Kamu nggak usah minder
sama cowok sekece aku, Aku juga pengen kita berempat bisa bahagia sampai akhir
hayat,” ceramah Bambang.
“berempat??” tanya Wati.
“iya dengan anak-anak kita nanti,”
jawab Bambang. tangan Bambang lalu meraih tangan Wati. Bambang menatap Wati
dalam-dalam. Wati pun juga menatap Bambang seakan memberikan isyarat kalau Wati
juga mencintai Bambang. Mata mereka saling bertemu. Dunia pun kini seakan milik
mereka berdua saat ini.
Tapi
tiba-tiba.....
“ibu....” teriak seorang anak dari
arah kejauhan bersama seorang laki-laki. Mereka berdua seperti anak dan
ayahnya. Anak itu berlari kencang ke arah Bambang lalu memeluk Wati.
“ibu,
caca sama ayah sangat merindukan ibu. Ibu kok nggak pernah pulang sih!” kata anak
itu pada Wati. Bambang pun hanya bisa melongo mirip kebo ompong melihat
pertemuan keluarga kecil itu.
“sabar
men.. jomblo ditangan tuhan bro. Tuhan tahu mana yang lebih baik jadi jomblo dan mana yang tidak. loe pilihan tuhan
bro..” kata Ridho menepuk-nepuk pundakku sambil menahan tawa.
*SELESAI*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar