Pages

Rabu, 05 Juni 2013

cerpenku 1



Jomblo Di Tangan Tuhan
“tak mengapa kau menolak cintaku ini. Aku yakin jika kita berjodoh, pasti kita akan bertemu lagi,” Ucap Bambang pada Doni.
Bambang yang di kampusnya terkenal sebagai “jomblo tulen”, sampai-sampai teman-temannya ragu, apakah Bambang ini masih suka dengan perempuan atau tidak?. Bambang hanya bisa berdoa agar tuhan segera mengangkat penyakit kejombloannya ini secepat mungkin. Dia frustasi dengan semua ini. Dia merasa dunia ini tidak adil baginya, yang lain bisa bergandengan dengan pacarnnya, sedangkan Bambang hanya bisa bergandengan dengan temannya, itu pun sesama jenis. Yang lain bisa saling menyuapi makanan, sedang Bambang malah bingung mencari benda yang bisa dimakan. Sungguh miris nasib si Bambang, tidak ada yang perhatian dengan dirinya. Harusnya pemerintah lebih memperdulikan nasib jomblo-jomblo seperti Bambang ini. Kalau tidak, maka akan semakin banyak kasus bunuh diri di indonesia. Di Jakarta ini, Bambang hanya mempunyai 1 teman akrab, Ridho namanya. Bambang sudah menganggap Ridho seperti emaknya sendiri karena Ridho tidak mau kalau dianggap sebagai pacarnya.
“dho, loe bantuin gue cari cewek donk,” kata Bambang sambil tiduran di pangkuan Ridho.
“loe mau yang kayak gimana mbang?” jawab Ridho sambil mengelus-elus rambut Bambang.
“kalau bisa yang cantik. Yang sexi juga boleh,” sebut Bambang.
“ada mbang, di kampung sebelah,”
“beneran dho? Tapi cakep kan dia?”
“iya cakep, manis lagi. Badannya juga sexi, tapi mbang...” terang Ridho.
“kenalin gue donk dho, Tapi apa..?” Bambang penasaran
“tapi ekornya panjang, hahahah,” ucap Ridho sambil ketawa ala setan. Wajah Bambang menjadi manyun dengan bibirnya yang hot alias maju 10cm.
“iya-iya gue kenalin loe ke temen cewek gue,” kata Ridho menghibur Bambang.
“nggak perlu. Pasti temen loe ekornya panjang,” sahut Bambang judes.
“yang ini beneran bang. Wujudnya manusia, cantik lagi. Ada Dora, Siska sama Wati. Loe pilih yang mana?”
“gue pilih tiga-tiganya deh, hehehe,” jawab Bambang sok playboy, padahal ya korban playgirl.
“dasar rakus loe,” sahut Ridho sengit.
            Paginya, di taman yang tidak begitu indah ini, Bambang akan bertemu dengan Dora. Bambang mengenakan baju kotak-kotak dengan celana jeans abu-abunya yang membuat dirinya seperti anak 17tahun, padahal muka sudah 30tahun. Sudah 15 menit Bambang menunggu Dora disini, namun Dora tak kunjung datang. Tiba-tiba dari belakang ada yang memanggil Bambang. Bambang pun menoleh. Dilihatnya seorang wanita berwajah imut dengan 2 kunciran di kepalanya. Dia memakai baju berwarna pink dengan gambar winny the pooh. Bambang tak mempermasalahkan itu karena Bambang mengira mungkin Dora adalah penyayang anak. Bambang dan Dora duduk berdua di sebuah kursi. Hati Bambang terasa bergetar, mungkin ada sms. Bambang memang begitu, bahkan saat bersama Ridho pun hati Bambang juga bergetar. Bambang lalu perlahan tapi pasti memegang tangan Dora. mereka saling bertatapan. Keringat dingin pun mengalir di kening Bambang. jantung Bambang juga berdetak sangat kencang, seperti ada kereta yang sedang melaju di dalam jantung Bambang.
“Dora, kamu ternyata cantik yah,” rayu Bambang.
“ah kamu bisa saja,” jawab Dora malu-malu.
“Dora, disini itu ada pencuri ya?” kata Bambang nggak nyambung.
“aku nggak tahu, memangnya kenapa?” jawab Dora.
“pura-pura nggak tahu kamu itu Dora, udah deh ngaku aja!” ujar Bambang menuduh.
“apa sih? Aku kan baru datang, memangnya yang dicuri apa?” tanya Dora serius.
“hatiku...” gombal Bambang.  Pipi Dora pun menjadi merah, kebanyakan make up mungkin.
“Dora, kamu mau makan apa? Aku beliin yah?” ujar Bambang sok nraktir, padahal ujung-ujungnya modus dompet ketinggalan.
“nggak perlu. Aku bawa dari rumah kok,” jawab Dora lalu mengambil sesuatu dari tasnya.
“alhamdulillah, ini cewek yang gue cari.” kata Bambang dalam hati kegirangan karena dompetnya aman. Tapi Bambang tidak menduga kalau ternyata yang diambil Dora adalah permen lolipop.
“kamu mau ini?” kata Dora menawarkan permennya pada Bambang. Bambang pun menggeleng. Lama-lama Bambang menjadi ilfell dengan sifat Dora, tapi Bambang mencoba bertahan.
“Bambang, kita jalan-jalan yuk,” ajak Dora.
“oke, kamu mau jalan-jalan kemana?” tanya Bambang.
“terserah.Tapi aku pengen naik jungkat-jungkit nih,” ujar Dora dengan wajahnya yang diimut-imutkan. Bambang hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya. Dia tidak bisa bayangkan, bagaimana jika dia sampai pacaran dengan Dora. Mungkin tempat favorit untuk pacaran adalah taman bermain anak-anak. Bambang pun mencari akal.
“Dora sebentar ya, aku mau kesana dulu beli ice cream,” kata Bambang.
“iya, aku rasa coklat ya,” jawab Dora. Bambang pun lalu pergi dan bisa bernafas lega karena akhirnya dia bisa kabur dari wanita di bawah umur itu.
                                    ******************
            Wajahnya cantik, Pakaiannya terndy, Tasnya bermerk. Itulah Siska. Cewek yang sangat sexi dengan rambutnya yang hitam, panjang, dan tidak berketombe mirip model iklan shampo di tv, membuat Bambang melongo hingga mulutnya membentuk huruf o kapital. Menurutnya, Siska lah wanita yang selama ini dia cari. Siska begitu sempurna dari segi fisik. Siska juga tampak dewasa dan Bambang yakin kalau di dalam tas Siska itu tidak berisi permen lolipop.
“kita jalan-jalan yuk sis,” ajak Bambang sok berduit.
“oke, tapi ke mall ya?” ujar Siska. Perasaan Bambang tiba-tiba tidak enak saat Siska mengajaknya untuk pergi ke mall. Tidak mungkin ke mall hanya untuk melihat-lihat saja, sedangkan dompet Bambang hanya berisi 1 lembar uang 50ribuan. Itu pun menjadi kesayangannya. Sungguh Bambang tidak rela jika harus menggunakan uang kesayangannya itu.
“ayo kita ke mall,” ajak Siska sedikit memaksa.
“i...ya... ayo kita ke ma..mall,” jawab Bambang gagap.
“mobil kamu yang warna apa?” tanya Siska.
“emm, mobilku ada di bengkel sis,” jawab Bambang bohong.
“ya sudah kita naik taxi ya,” ujar Siska. Bambang bingung hendak menjawab apa. Tidak mungkin kan kalau Siska yang membayar ongkos taxinya. Bambang lalu sibuk  mencari-cari alasan agar bisa kabur dari wanita bermata hijau ini.
“hallo.. iya ma, ada apa?” Bambang menjawab teleponnya padahal tidak ada telepon di handphonenya.
“apa? Papa masuk rumah sakit. Iya-iya Bambang segera kesana,” kata Bambang lalu sok menutup telepon.
“Siska maaf ya kita ke mallnya kapan-kapan aja, papaku sakit jadi aku harus kesana,” pamit Bambang.
“ya sudah hati-hati ya, oh ya aku minta ongkos buat pulang donk,” pinta Siska.
“aduh maaf sis, uang aku di atm. Maaf ya sis aku harus cepat-cepat pergi. Bye,” kata Bambang tegesa-gesa agar uangnya tetap aman.
            Di rumah, Bambang hanya bisa mengomel-ngomel saja. Hari ini adalah hari paling sial baginya. Perempuan yang ditemuinya, tidak ada yang mengerti dengan keadaannya. Tapi masih ada 1 nominasi lagi yaitu Wati. Sebenarnya Bambang masih depresi dengan 2 wanita tadi, tapi demi hatinya yang sudah lama berlibur ini, akhirnya Bambang pun mau.
            “kamu tidak suka makan permen lolipop kan Wati?” tanya Bambang.
            “tidak, aku lebih suka makan sayuran,” jawab Wati.
            “apa kamu suka jalan-jalan ke mall Wati?” tanya Bambang seperti mengintrogasi.
            “tidak, aku lebih suka jalan-jalan ke sawah karena udaranya sejuk dan bebas dari polusi,” sahut Wati. Bambang terpesona dengan kedewasaan Wati. Selain dewasa, Wati juga seperti keibuan.
            “pasti bahagia jika aku mempunyai istri seperti Wati,” gumam Bambang dalam hati.
            Kini Bambang dan Wati menjadi semakin dekat, Sedekat upil dengan bulu hidung. Bambang sekarang juga mulai berbangga diri karena dia akan segera melepas gelar jomblonya, meskipun Bambang tidak tahu apakah Wati akan menerima cintanya. Tapi itulah Bambang. Yang penting gaya, soal diterima atau tidak itu urusan belakang. Lagi pula Bambang juga bisa beralasan kalau Bambang telah dijodohkan oleh orang tuanya di kampung. Padahal di kampung, kerbau pun lebih memilih jadi perawan tua daripada harus dijodohkan dengan Bambang.
            “Wati, kita jalan-jalan yukk,” ajak Bambang.
            “kemana mbang? Emm maaf ya aku tidak sopan,” ujar Wati.
            “tidak apa-apa. Kamu panggil mas aja biar mesrah,”
            “ih kamu apa’an sih,” jawab Wati sambil malu-malu.
            “ya sudah kita ke mall yah?” ajak Bambang. Bambang tahu Wati adalah tipe cewek yang tidak suka berbelanja, maka dari itu dia nekat mengajak Wati ke mall.
            Setelah tiba di mall, Bambang ingin mengajak Wati untuk melihat-lihat baju di atas, tapi tiba-tiba....
            “mas Bambang, bisa tidak jika kita tidak lewat tangga berjalan itu?” kata Wati sambil menunjuk eskalator.
            “tidak bisa Wati. Itu satu-satunya jalan menuju ke atas.” Jawab Bambang.
            “Wati takut mas,” sambil wajahnya pengen nangis.
            “kamu pegang tanganku erat-erat saja Wati,” jawab Bambang modus.
Wati dan Bambang pun lalu menaiki eskalator. Tangan Wati mencengkeram tangan Bambang. Wati yang tampak ketakutan berbeda dengan wajah Bambang yang meringis karena bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ketika sudah sampai di atas. Wati pun bisa bernafas lega.
            “mas kita naik itu lagi yuk, Wati belum pernah main game kayak gini soalnya,” kata Wati polos.
            “Wati, itu bukan game, itu eskalator,” jawab Bambang sambil menggaruk-garuk kepalanya karena belum keramas seminggu.
            Sudah 2 bulan ini Bambang dekat dengan Wati, tapi Bambang belum juga menembak Wati. Mungkin Bambang masih berpikir, pistol apa yang cocok untuk Wati. Bambang juga masih berpikir 17x tentang sifat Wati yang polos bahkan cenderung katro’. Tapi diam-diam Bambang mulai menyukai Wati meskipun setiap jalan dengan Wati, Bambang harus selalu menjadi tourguide bagi Wati. Ridho pun memberi saran untuk teman terburuknya itu.
            “Wati.. kamu sayang nggak sama ibu kamu?” tanya Bambang.
            “sayang donk mas,” jawab Wati.
            “kalau sama ayah kamu?”
            “juga sayang donk mas,”
            “terus kalau sama aku sayang nggak?” tanya Bambang modus. sejenak Wati diam. Dia mungkin bingung hendak menjawab tidak atau tidak sama sekali.
            “kamu kenapa diam? emang sih diam itu emas. Tapi tanpa kamu diam, kamu juga sudah jadi emas yang paling indah kok Wati,” gombal Bambang.
            “ih apa’an sih mas Bambang ini! Aku nggak pantas buat kamu mas,” jawab Wati merendah.
            “kamu jangan merendah gitu Wati. aku sayang sama kamu, aku butuh kamu yang menemani di setiap kesendirianku. Aku juga mau menerima kamu apa adanya. Aku tulus sama kamu. Kamu nggak usah minder sama cowok sekece aku, Aku juga pengen kita berempat bisa bahagia sampai akhir hayat,” ceramah Bambang.
            “berempat??” tanya Wati.
            “iya dengan anak-anak kita nanti,” jawab Bambang. tangan Bambang lalu meraih tangan Wati. Bambang menatap Wati dalam-dalam. Wati pun juga menatap Bambang seakan memberikan isyarat kalau Wati juga mencintai Bambang. Mata mereka saling bertemu. Dunia pun kini seakan milik mereka berdua saat ini.
Tapi tiba-tiba.....
            “ibu....” teriak seorang anak dari arah kejauhan bersama seorang laki-laki. Mereka berdua seperti anak dan ayahnya. Anak itu berlari kencang ke arah Bambang lalu memeluk Wati.
“ibu, caca sama ayah sangat merindukan ibu. Ibu kok nggak pernah pulang sih!” kata anak itu pada Wati. Bambang pun hanya bisa melongo mirip kebo ompong melihat pertemuan keluarga kecil itu.
“sabar men.. jomblo ditangan tuhan bro. Tuhan tahu mana yang lebih baik jadi  jomblo dan mana yang tidak. loe pilihan tuhan bro..” kata Ridho menepuk-nepuk pundakku sambil menahan tawa.

                                                *SELESAI*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar